19 September 2008

Jempalithan


Dalam hidup kita sering jempalithan, melakukan hal-hal yang tak perlu, sia sia, bukan kebutuhan tetapi hanya untuk kesenangan, gengsi, dan memuaskan nafsu. Kita mengerti kalau tak perlu tetapi tetap saja kita lakukan karena nafsu yang tak tertahankan. Kita kehilangan fokus orientasi hidup, tak peduli lagi, apa dan siapa kita sebelum hidup, untuk apa kita hidup, jadi apa dan mau kemana kita setelah hidup.


Suatu saat sepintas mendengar obrolan singkat tentang hikmah kehidupan dari Emha Ainun Najib di sebuah stasiun radio. Dia bercerita tentang seorang pasien yang datang ke seorang dokter untuk konsultasi penyakitnya. "Apa keluhannya Pak ......?" tanya si dokter
"Begini dok ......... supaya dokter tahu tentang penyakit saya, saya perlu ruangan yang cukup untuk bergerak.... Meja, kursi perlu saya pinggirkan terlebih dahulu, dok ..... Supaya leluasa, dan pak dokter bisa mengamatinya dari pojok sana, "jawabnya.
Mulailah si pasien lompat sana lompat sini, lelah melompat lompat dilanjutkan dengan duduk seperti sedang yoga, tangan merengkuh lutut kepala masuk ke selangkangan, tangan dan kaki ditekuk sedemikian rupa sehinga badan seperti bola dsn kemudian menggelinding kesana kemari. Setelah lelah beraksi, dihampirinya si dokter.
Setelah melakukan tadi ini lho dok, badan saya ini terasa mau patah dan linu semua," keluhnya ke dokter tanpa merasa salah. "Apa sampeyan pemain sirkus atau pemain debus ?" tanya dokter. "bukan dok, saya ini orang biasa saja, cuma ya itu kalau habis bergerak seperti tadi badan saya pegel linu semua," jawabnya masih dengan ekspresi tanpa rasa salah.

Disaat yang lain seorang teman kedatangan tamu seorang manager sebuah bank yang berkeluh kesah minta bantuan. " Begini Mas, saya ada masalah, saya dililit hutang kartu kredit," keluhnya memelas. Lho kenapa bisa begitu ? Sampeyan khan orang bank bukankah seharusnya lebih pintar berhitung tentang cash flow dan likuiditas?" tanya sang teman tidak mengerti. Ya begitulah Mas, saya dan istri terlalu konsumtif dan termakan gengsi, sedikit sedikit nggesek kartu". Gaya hidup tak sesuai dengan gaji .... besar pasak dari pada tiang. Aset sudah habis terjual untuk nglunasi hutang. Rumah, mobil ludes"

Semua ludes, tetapi tungakkan hutang masih besar, tolonglah mas, jawabnya sambil menghela nafas panjang. Teman saya ini heran dan tak habis pikir mendengar keluh kesah tamunya. bagaimana mungkin tamunya dapat hidup seperti itu. Punya banyak kartu kredit dari banyak bank dengan limit gold card dan semuanya overlimit. Belum lagi hutang lainnya.

Disaat saat yang lain mungkin sering kita lakukan saat berbelanja di mall. barang kebutuhan yang seharusnya dibeli, mungkin hanya pakaian pesanan sang suami/istri, tetapi apa lacur ternyata diambil pula barang barang yang lain yang tidak perlu, yang bukan merupakan kebutuhan dan harganya jauh lebih mahal dari barang yang seharusnya dibeli.

Dalam kehidupan ini tampaknya kita serinh bertindak seperti pasien dokter tersebut. Bergerak ngak karuan, melakukan hal hal yang tidak perlu, sia sia bukan kebutuhan tetapi hanya untuk kesenangan, gengsi dan memuaskan nafsu. Kadang kita mengerti kalau tak perlu tetapi tetap saja kita lakukan karena nafsu yang tak tertahankan. Kita kehilangan fokus orientasi hidup. Kita tak perduli lagi, apa atau siapa kata sebelum "hidup", untuk apa kita hidup dan jadi apa dan mau kemana kita setelah hidup.

Dalam case yang umum, bukankah kita diperintahkan Allah untuk fokus ibadah dalam arti yang luas dan melakukan amal shalih? Sementara justru yang kita lakukan malah yang tidak tidak, sabet daun mudalah, lirik istri orang lah, lirik jabatan orang lah dan lain lain perbuatan yang tidak termasuk kategori ibadah dan amal shalih. Dan kemudian ketika suatu musibah, cekcok rumah tangga, sakit, hutang menumpuk atau apalah namanya yang merugikan yang merupakan akibat perbuatan akibat perbuatan kita sendiri, kemudian kita mengeluh kepada suami, teman, orang tua, atau bahkan Allah Swt, seperti keluhan si pasien kepada dokter tersebut. Padahal hal tersebut karena kelakuan kita sendiri.

"Azab yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasannya Allah sekali kali tidak menganiaya hamba hamba Nya. (Ali Imran (3):182).

Kan lucu, wong musibah yang terjadi disebabkan kelakukannya sendiri kok orang lain atau Allah Swt yang direpotkan dan dijadikan bemper. Coba kalau semua tindakan dilakukan dalam rangka ibadah kepada Allah , insya Allah takkan ada hal hal yang aneh aneh.

kalaupun ditimpa musibah, hal itu bukan karena akibat tingkah laku kita, tetapi insya Allah karena ujian untuk meningkatkan jenjangdan nilai kita sebagai manusia menuju insan kamil, sehingga apapun wujudnya, semua itu adalah wujud kecintaan Allah Swt kepada kita.

(sumber oase pojok kantor)

5 komentar:

Haris mengatakan...

Iya... kebanyakan orang membeli sesuatu yang bukan kebutuhannya, hanya sekedar memenuhi keinginannya.
Salam

Ernut mengatakan...

Betul mas, memang orang suka pada aneh-aneh...jumpalitan ndak jelas...ujung-ujungnya menyesal..

Vidy mengatakan...

Hmm.. kadang-kadang kita bertindak dulu sebelum berpikir. trus mulai berpikir setelah merasakan akibat dari tindakan kita.. Padahal ga ada gunanya lagi..

Anonim mengatakan...

kita selalu membutuhkan kambing hitam untuk meyakinkan diri sendiri bahwa semestinya kita berhasil. Padahal disinilah titik awal kita mulai dijauhi keberhasilan itu sendiri

Anonim mengatakan...

ko lama nudiknya Kang...kangen ama tulisan2nya 7yang menginspirasi neh...


Berkumpul dengan Keluarga