Siang itu tepatnya hari Kamis minggu terakhir di Bulan Oktober saya harus pulang dari Medan ke Banda Aceh pukul 11.20 Wib namun setelah menunggu beberapa saat di ruang tunggu Bandara Polonia sampai pukul yang telah ditentukan pesawat yang saya tumpangin belum muncul, padahal saya sudah konfirmasi kepada kawan di Banda Aceh untuk dijemput pukul 13.30 Wib, wah rencanuku bisa berantakan. Sambil membaca majalah tentang krisis global yang melanda dunia tak terasa jam tanganku sudah menunjukan pukul 12.15 Wib dan Akhirnya datang juga pesawat yang saya tunggu. Sebelum memasuki pesawat terbang, teleponku berdering ternyata dari nyonya menanyakan jam keberangkatan dan mengabarkan cuaca di Banda Aceh lagi hujan lebat dan angin yang kencang.
Pada saat diatas memang pesawat terbang dengan normal namun sesaat mendekati Banda terjadi guncangan guncangan mulai terasa dan semakin hebat, penumpang di sekitarku sudah pada saling perpandangan dengan penuh tanda tanya dan cemas, pada situasi ini memang manusia sudah pada titik nol karena siapapun tidak dapat menolong sehingga dengan konsentrasi sedikit saja langsung nyambung ke yang Maha memberi hidup( tempat bergantung) untuk berdoa dengan khusyu' (tenang). Dan tak lama kemudian cuaca mulai bersahabat sehingga kami dapat mendarat dengan selamat.
Sesampai di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh saya langsung bertemu dengan rekan yang menjemput karena dia sudah menunggu lama dan karena perut saya sudah bermain musik "keroncong" alias sudah lapar kami mampir dahulu ke warung makan untuk mengisi perut. Makan sudah saya lakukan tinggal meneruskan perjalanan menuju ke rumah mengingat si kecil sudah menelpon katanya kangen pengin ketemu bapaknya, namun sayang karena tak lama itu kawan dari kantor minta bantuan saya agar langsung ke Kantor mewakili rapat telekonference dengan rekan di Medan.
Sampai di kantor saya langsung menuju ruang rapat untuk melaksanakan telekonference dengan mendengarkan informasi dari rekan Medan, namun tak beberapa lama kemudian saya mendengarkan suara teriakan dan letusan. Pandangan mata saya langsung tertuju keluar pintu yang kebetulan tidak saya tutup dan alangkah terkejutnya saya karena letusan demi letusan itu keluar dari senapan laras panjang dengan selongsong peluru berdenting keluar diatas lantai depan ruangan saya. Melihat kejadian itu saya langsung terjun tiarap sambil melihat keadaan sekeliling tapi tak lama kemudian susana semakin ramai karena diluar ada teriakan teriakan dengan kalimat kurang jelas dan mereka lari dengan cepat meninggalkan lokasi.
Setelah keadaan aman saya baru keluar ruangan dan ternyata rekan rekan sudah bergerombol bercerita bahwa tadi itu adalah Tentara sedang melakukan latihan Anti Teroris untuk pembebasan sandera. Walaupun dengan peluru hampa dan karena saya baru datang dari Medan informasi ini belum terupdate untukku membuat hati deg degkan juga. Oalah kok seperti mimpi disiang Bolong.
Pada saat diatas memang pesawat terbang dengan normal namun sesaat mendekati Banda terjadi guncangan guncangan mulai terasa dan semakin hebat, penumpang di sekitarku sudah pada saling perpandangan dengan penuh tanda tanya dan cemas, pada situasi ini memang manusia sudah pada titik nol karena siapapun tidak dapat menolong sehingga dengan konsentrasi sedikit saja langsung nyambung ke yang Maha memberi hidup( tempat bergantung) untuk berdoa dengan khusyu' (tenang). Dan tak lama kemudian cuaca mulai bersahabat sehingga kami dapat mendarat dengan selamat.
Sesampai di Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh saya langsung bertemu dengan rekan yang menjemput karena dia sudah menunggu lama dan karena perut saya sudah bermain musik "keroncong" alias sudah lapar kami mampir dahulu ke warung makan untuk mengisi perut. Makan sudah saya lakukan tinggal meneruskan perjalanan menuju ke rumah mengingat si kecil sudah menelpon katanya kangen pengin ketemu bapaknya, namun sayang karena tak lama itu kawan dari kantor minta bantuan saya agar langsung ke Kantor mewakili rapat telekonference dengan rekan di Medan.
Sampai di kantor saya langsung menuju ruang rapat untuk melaksanakan telekonference dengan mendengarkan informasi dari rekan Medan, namun tak beberapa lama kemudian saya mendengarkan suara teriakan dan letusan. Pandangan mata saya langsung tertuju keluar pintu yang kebetulan tidak saya tutup dan alangkah terkejutnya saya karena letusan demi letusan itu keluar dari senapan laras panjang dengan selongsong peluru berdenting keluar diatas lantai depan ruangan saya. Melihat kejadian itu saya langsung terjun tiarap sambil melihat keadaan sekeliling tapi tak lama kemudian susana semakin ramai karena diluar ada teriakan teriakan dengan kalimat kurang jelas dan mereka lari dengan cepat meninggalkan lokasi.
Setelah keadaan aman saya baru keluar ruangan dan ternyata rekan rekan sudah bergerombol bercerita bahwa tadi itu adalah Tentara sedang melakukan latihan Anti Teroris untuk pembebasan sandera. Walaupun dengan peluru hampa dan karena saya baru datang dari Medan informasi ini belum terupdate untukku membuat hati deg degkan juga. Oalah kok seperti mimpi disiang Bolong.
17 komentar:
Walahhh aku kira ada serangan teroris
walah kirain ada teroris beneran hehehe
(ayik)
belom lewat jetlagnya sudah ada kejutan pulak...
anggap saja serangan itu adalah ucapan selamat daatang, Bang...
meskipun kalau itu saya yang mengalami, pasti sudah habis persediaan kagetnya...yang datang adalah latah tak berkesudahan...eh..copot...copot...copt.
..ha..ha..ha, tapi baguslah mas...sampeyan tetap siaga dan waspada...aku mbayangkan sampeyan tiarap, dg sepenuh hati...he..he..he
amit-amit jabang beibeh...
Waduh... menjelang alinea terakhir saya ikut deg-degan.. hehehe
reaksinya spontan banget ya, tiarap
jadi pengen ikut ngerasain situasi waktu itu... :D
oalaaaa...hahahahah...
kebnayang deh, waktu suara tembakan terdengar dan pak jenny langsung tiarap....hahahhaha....ssstttt...orang panik kok diketawain...
hehe..
Waduh... Dah kaget aja aku tadi.. Kirain ada teroris beneran...
Btw, aku juga pernah tuh pas naek pesawat dari Bengkulu ke Jakarta. Cuaca lagi jelek.. Alhasil, pesawat oleng dan sempat terhempas ke bawah sekitar 2 meter. Penumpang udah menjerit dan terdengar teriakan 'Allahu Akbar' bergema di pesawat. Alhamdulillah, masih diberi keselamatan sampai kembali di Jakarta...
shock therapy tuh mas..
jangan sampe ada peluru nyasar :(
wah.. keren tuh....pengalaman langka juga kali ya, hihi...pinginnnnn...
waduh jangan dong..
wah serem amat... pasti kaget banget ya!
hehehe alhamdulillah ga kena...walau peluru boongan tetep sakit kan
xchange link yuk
Duh.. Kebayang... Ingat wkt ke ambon 2001 rasanya jantung ini pengen copot melulu..
Btw, td kirain beneran loh mas, aku dah ikut sport jantung.
Posting Komentar